Photobucket

Flickr Photos

Photobucket

Kamis, 04 November 2010

Kajian tentang Profesi Guru

Posted by Unknown 07.34, under |


Sebuah adagium klasik, namun tetap relevan untuk dikaji maknanya, menyatakan: apabila guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari. Adagium sederhana bernada sinis ini, ternyata punya makna yang mendalam, sebab merangsang kajitilik untuk lahir dan tumbuhnya keyakinan, betapa guru menempati posisi yang amat penting bagi kemaslahatan murid-muridnya.

Dalam kapasitas: guru sebagai (1) pekerja profesional dengan fungsi mendidik, mengajar dan melati; (2) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan yang dimiliki; serta (3) sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga Negara yang baik, jelas dituntut pemilikan kapasitas diri yang memadai. Kapasitas diri ini berupa adanya kepemilikan-kepemilikan kemampuan teknis serta prosedur kerja sebagai ahli, maupun adanya keikhlasan berlandaskan panggilan nurani untuk melayani orang lain, yang oleh Raka Joni (1989) dinyatakan sebagai ketanggapan yang dilandasi kearifan demi kemaslahatan bagi orang lain.

Menyambung uraian di atas, secara khusus berikut ini akan ditunjukkan beberapa landasan huokum yang mendasari bahwa jabatan guru sebagai satu jabatan profesi. Dengan ditetapkannya UU RI No. 2 Th 1989 tentang system pendidikan nasional, dengan beberapa aturan pelaksanaanya, terutama dalam bentuk peraturan pemerintah (seperti PP No. 27, 28, 29, 30, 31) menunjukkan upaya pendidikan di Indonesia telah memiliki landasan hukum yang cukup kuat, karena produk hukum tersebut, telah memberikan dasar/alasan pemikiran dan sekaligus memberikan rujukan mengenai pokok-pokok pemecahan masalah yang berkenaan dengan upaya pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Pada bab I pasal 27 ayat 1 menegaskan bahwa tenaga kependidikan mempunyai tugas: “……untuk menyelenggarakan kegiatan belajar, melatih, menelitih, mengembangkan, mengelolah dan/atau member pelayanan teknis dalam bidang pendidikan” sedangkan ayat 2 memberikan rincian tentang jenis tenaga kependidikan sebagai berikut: “tenaga kependidikan meliputi tenaga pendidik, pengelolah satuan pendidikan, penilik pengawas, peneliti, dan mengemban dibidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Mengenai tenaga pendidik, pasal 1 ayat 8 menjelaskan bahwa “tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik” sedangkan tenag pengajar pada pasal 27 ayat 3 diartikan sebagai “…..tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas untuk mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen”. Dengan demikian berarti kedalam kategori tenaga pendidik itu termasuk pengajar (guru dan dosen), pembimbing (dewasa ini disebut guru pembimbing) dan pelatih.

Mengenai jenjang jabatan guru yang selaras tentang kepangkatan diatur dalam surat edaran bersama menteri pendidikan dan kebudayaan dan kepala badan administrasi kepegawaian Negara No 57686/MPK/1989, No 38/SE/1989 yaitu pada pokok 2 bagian 2 yang menyatakan jenjang jabatan guru sebagai berikut. Guru pertama, guru pertama tinkgat I, Guru mudah, Guru mudah tingkat I, Guru madya, Guru madya tingkat I, Guru dewasa, Guru dewasa tingkat I, Guru Pembina, guru Pembina tingkat I, guru utama mudah, guru utama madya, guru utama.

Tanpa ada maksud untuk mengingkari bahwa mutu untuk kerja profesional, yang penuh pada dasarnya adalah sesuatu yang terus berkembang, sehingga pertumbuhan dalam jabatan juga merupakan salah satu ciri khas keprofesionalan, nampaknya dalam satu system yang ideal harus minimal adanya tiga lapisan tenaga profesional. T. Raka Joni (1992) mengklarifikasikan hal itu sebagai berikut: pertama adalah tenaga pemula yaitu praktisi yang baru berkecimpung sekitar 1-3 tahun di dalam pekerjaannya, yang kedua adalah tenaga menengah yaitu praktisi yang sudah cukup tinggi mutu unjuk kerjanya, sehingga penyelenggaraan layanan pendidikan secara rutin berlangsung efisien dan efektif, dan yang ketiga adalah praktisi pangkat adalah praktisi pakar yang karena, pengalaman serta pendidikan tambahannya, selain untuk pengoperasian system juga telah memiliki visi serta komitmen disamping kemampuan untuk berpartisipasi aktif didalam pengembangan system, baik dari segi peningkatan teknis maupun dari sudut pengkajian kritikal.

Dalam rangka profesi tenaga kependidikan, ada satu jabatan fungsional lagi yang disebut widyaiswara yaitu tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai guru dan bekerja pada pusat pendidikan dan pelatihan diberbagai department dan unit kerja di luar lembaga sekolah dan lembaga pendidikan luar sekolah. Mengenai jenjang jabatannya diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 49 th 1989 (khusunya pasal 1 ayat 2).

sumber :
makalah etika profesi guru


Pengertian Profesi

Posted by Unknown 07.19, under |

Sebagai titik tolak dalam menjelaskan pengertian profesi, maka berikut ini dikutip apa yang dikemukakan oleh Mc Cully, bahwa profesi adalah “a vocation in which professed knowledge of some department of learning or science is used in its application of the affairs of others or in the practice of an art founded upon it”. Definisi ini mengandung makna bahwa dalam suatu pekerjaan profesional digunakan tehnik secara prosedur yang bertumpuk pada landasan intelektuakl yang secara sengaja harus dipelajari, dan kemudian secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan orang lain.

Bagian kalimat yang bercetak miring tersebut, pada dasarnya membedakan sosok antara seorang teknisi dengan seorang professional. Walau diakui, bahwa keduanya sama-sama menguasai sejumlah tekhnik dan prosedur kerja tertentu, namun pada seorang professional pekerjaannya juga dilandasi oleh adanya “informed responsiveness” yakni suatuketanggapan yang bijak terhadap objek kerjanya untuk kemaslahatan orang lain.
Sebagai bandingan dan upaya pengayaan Edgard H. Schein dan Diana W. Kommers, mengemukakan bahwa: “The profession Art a set of occupation that have developed a very special set of norms deriving from their speciall role in society”. Tiga ciri unik dari profesi yang digambarkan oleh Schein dan Kommers tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Profesi adalah seperangkat keterampilan yang dikembangkan secara khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok dalam suatu masyarakat.
  2. Seorang professional dituntut untuk memiliki landas pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dalam waktu yang panjang selama pendidikan dan pelatihan.
  3. Seorang professional harus berorientasi pada usaha memberikan layanan ahli serta dituntut untuk dapat mengevaluasi unjuk kerja sebagai balikan bagi upaya peningkatan.
Senada dengan pandangan diatas, Blackington (1968) mengartikan profesi sebagai: “a vocation which is organized in comepletaly, no doubt, but genuinly for the performance of function”. Dari ursisn ini dapat dijelaskan, bahwa profesi berbeda denagn pekerjaan – pekerjaan lain karena fungsi sosialnya, yakni pengabdiannya kepada masyarakat dan pelaksanaan pengabdian pada masyarakat mengharuskan adanya kompetensi agar profesi tersebut melaksanakan fungsinya. Dengan demikian mengimlikasikan pula tuntutan perlunya pengetahuan dan keterampilan yang khusus untuk pelaksanaan fungsi tersebut, dan adanya cara dan alat untuk mengadakan ferifikasi terhadap tuntutan pengetahuan khusus itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, profesi dapat diartikan sebagai suatu lapangan pekerjaan yang menuntut diterapkannya teknik dan prosedur yang ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli, serta secara sadar di upayakan ditunjukkan demi kemaslahatan orang lain.

Bertolak dari pengertian profesi tersebut diatas maka hal mendasar dan hakiki yang mesti dipahami mengenai profesi adalah, “unformed responsiveness” yakni tanggapan yang berlandaskan kearifan atau pengabdian yang berdasarkan keahlian demi kemaslahatan orang lain.

Dengan kata lain seorang pekerja yang professional selalu akan memberikan pelayanan atau pengabdian yang dilandasi kemampuan professional serta falsafah yang mantap. Mengingat hakikat yang dimiliki, maka seorang pekerja professional di dalam pekerjaannya akan menampakkan dimilikinya keterampilan teknis dan prosedural yang didukung oleh sikap kepribadian tertentu, karena dilandasi oleh pedoman-pedoman tingkah laku yang khusus (kode etik) yang mempersatukan mereka satu korps.

sumber :
makalah kelompok,
etika profesi guru kelas H2.
diting by putra mtg


Pengertian Administrasi Pendidikan

Posted by Unknown 07.11, under |

Untuk menjelaskan arti administrasi pendidikan, kita tidak dapat melepaskan diri dari pengertian ilmu administrasi pada umumnya. Bahkan dapat pula dikatakan bahwa administrasi pendidikan dapat dikatakan bahwa administrasi pendidikan adalah penggunaan atau aplikasi ilmu administrasi ke dalam pendidikan itu, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan administrasi.
Dalam buku administrasi dan supervisi pendidikan dijelaskan tentang pengertian administrasi pendidikan, Kata “administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata “ad” dan “ministrare”. Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan “ministrare” sama artinya dengan kata “to serve” atau “to conduct” yang berarti “melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris “to administer” berarti pula mengatur, memelihara (to look after), dan mengarahkan.
Jadi, kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur semua kegiatan didalam mencapai suatu tujuan.
Sedangkan pendidikan, diartikan sebagai prfoses maupun sebagai produk, adalah masalah perseorangan. Anak didik sendirilah yang harus membuat perubahan di dalam dirinya sesuai dengan yang dikehendakinya. Proses pendidikan terjadi dalam diri individu, dan produk pendidikan menyatakan diri dalam tingkah lakunya.
Dari penjelasan tentang administrasi dan pendidikan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan pengitegrasian segala sesuatu, baik personel, spiritual maupun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.
Jadi, di dalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasikan dan dikoordinasi secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien.
Meskipun segala kegiatan yang dilakukan didalam proses administrasi pendidikan pada akhirnya bermaksud untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, administrasi pendidikan tidak sama dengan pendidikan. Tidak semua kegiatan pencapaian tujuan pendidikan itu adalah administrasi pendidikan. Demikian dengan pendidikan tidak sama dengan administrasi pendidikan.

Sumber:
Materi by Putra mtg 2010
Makalah ADM


Senin, 01 November 2010

Filsafat Progresivisme

Posted by Unknown 06.35, under |

Progressivisme Bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama dua puluh tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika serikat. Banyak guru yang ragu terhadap gerakan ini karena guru telah mempelajari dan memahami filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya. Kaum progresif sendiri Mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresiv mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.
filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problema-problemanya.
Pandangan mengenai belajar, filsafat pendidikan progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problema-problemanya.


Filsafat pendidikan progresivisme

Posted by Unknown 05.51, under |

Filsafat pendidikan progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak ( child-centered ) bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. peran guru dalam suatu kelas menurut filsafat progresivisme, guru dalam pembelajaran berorientasi secara progresif berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber, yang pada intinya memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Guru berhubungan dengan membantu para siswa mempelajari apa yang penting bagi mereka, bukannya memberikan sejumlah kebenaran yang dikatakan abadi. Terhadap tujuan ini, seorang guru menurut filsafat pendidikan progresivisme harus berusaha memberi siswa pengalaman-pengalaman yang mereplikasi/ meniru kehidupan keseharian sebanyak mungkin. Para siswa di beri banyak kesempatan untuk bekerja secara koperatif didalam kelompok, sering kali dalam pemecahan masalah yang dipandang penting oleh kelompok itu, bukan oleh guru.
Pandangan filsafat progresiv tentang pendidikan adalah merupakan “ perubahan “ dan “ ketidaktetapan “. Menururt filsafat progresivisme pendidikan selalu dalam proses pengembangan, penekanannya adalah perkembangan individu, masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan harus siap memperbaharui metode, kebijaksanaannya, berhubungan dengan perkembangan sains dan teknologi, serta perubahan lingkungan.
Untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut filsafat progresivisme harus menekankan pada pengalaman indera, belajar sambil bekerja , dan pengembangan Intelegensi, sehingga anak dapat menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi.


Pemikiran dan Asas Progresivisme

Posted by Unknown 05.40, under |

Kualitas atau hasil dari pendidikan, tidak ditentukan dengan menentukan atau menetapkan suatu ukuran yang berlaku secara mutlak dan abadi. Norma atau nilai kebenaran yang abadi tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan berhasil tidaknya usaha pendidikan. Pendidikan dapat diartikan suatu rekonstruksi pengalaman yang secara terus menerus.
a. Pemikiran Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat pendidikan Progresivisme merupakan pemikiran tentang pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata”, dan juga pengalaman teman sebaya.
Teori Dewey yang merupakan tokoh pemikir filsafat progresivisme mengemukakan tentang sekolah adalah “Progresivisme” yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajaran itu sendiri. Maka munculah “child centered curriculum” dan “child centered school”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya “my pedagogical creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi aplikasi ide Dewey adalah anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik dulu, baru peminatan.


b. Asas Filsafat Pendidikan Progresivisme
Pandangan mengenai belajar, filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problema-problemanya.
Pendidikan sebagai wahana yang paling efektif dalam melaksanakan proses pendidikan tentulah berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik sebagai manusia yang berkembang. Usaha-usaha yang dilakukan adalah bagaimana menciptakan kondisi edukatif, memberikan motivasi-motivasi dan stimuli-stimuli sehingga akal dan kecerdasan anak didik dapat difungsikan dan berkembang dengan baik.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Artinya disini sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup disekolah saja.
Jadi sekolah yang ideal menurut filsafat pendidikan progresivisme adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik dan kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah dimana lingkungan itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah filsafat progresivisme menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuar” atau “learning by doing”.
Filsafat pendidikan progresivisme menegaskan bahwa akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui bahwa sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge atau pemindahan pengetahuan akan tetapi sekolah juga berfungsi sebagai transfer of value atau pemindahan nilai-nilai, sehingga anak menjadi trampil dan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
John Locke mengemukakan, bahwa sekolah hendaknya ditujukan untuk kepentingan pendidikan anak. Kemudian Jean Jacques Rosseau menyatakan anak harus dididik sesuai dengan alamnya, jangan dipandang dari sudut orang dewasa. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri, yaitu berlainan sekali dengan alam orang dewasa.
Hal yang harus diperhatikan guru adalah "anak didik bukan manusia dewasa yang kecil" yang dapat diperlakukan sebagaimana layaknya orang dewasa. Guru harus mengetahui tahap-tahap perkembangan anak didik lewat ilmu psikologi pendidikan. Sehingga guru akan dapat mengetahui kapan dan saat bagaimana materi itu diajarkan. Pertolongan pendidikan dilaksanakan selangkah demi selangkah (step by step) sesuai dengan tingkatan perkembangan psikologis anak.Di samping itu, anak didik harus diberi kemerdekaan dan kebebasan untuk bersikap dan berbuat sesuai dengan cara dan kemampuannya masing-masing dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan daya kreasi anak. Untuk itu pendidikan hendaklah yang progresive. Di sini prinsip kebebasan prilaku, dimana anak sebagai subyek pendidikan, sedangkan guru sebagai pelayan siswa.
Hal ini menunjukan bahwa John Dewey ingin mengubah bentuk pengajaran tradisional dimana ditandai dengan sifat verbalisme dimana terdapat cara belajar DDCH atau duduk, dengar, catat, hafal, murid bersifat reseptif dan pasif saja. Hanya dengan menerima pengetahuan sebanyak-banyaknya dari guru, tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru mendominasi kegiatan belajar, tanpa memberikan kebebasan kepada murid untuk bersifat dan berbuat. Menjadi pendidikan yang progresif, yaitu tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Pendidikan bukanlah hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak didik saja, melainkan yang terpenting ialah melatih kemampuan berpikir secara ilmiah. Semua itu dilakukan oleh pendidikan agar orang dapat maju atau mengalami progress. Dengan demikian orang akan dapat bertindak dengan intelegen sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
Dari uraian di atas, dapatlah diambil suatu konklusi asas filsafat pendidikan progresivisme dalam belajar bertitik tolak dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, setiap anak didik berbeda kemampuannya, individu atau anak didik adalah insan yang aktif kreatif dan dinamis dan anak didik punya motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.


Pengertian Filsafat

Posted by Unknown 05.37, under |

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Ciri-ciri berfikir filosfi :

1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.

2. Berfikir secara sistematis.

3. Menyusun suatu skema konsepsi, dan

4. Menyeluruh.

Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :

1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika

2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.

3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:

1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.

2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.

3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.

4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :

1. Sebagai dasar dalam bertindak.

2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.

3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.

4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.